berikut sejarah letusan merapi di Yogyakarta :
Letusan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta pada Selasa lalu ternyata tidak seberapa bila dibandingkan dengan letusan-letusan sebelumnya.
Letusan pada 1930 setidaknya telah membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan letusan terbesar. Letusan terbesar justru terjadi pada 1006. Saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Sayangnya tidak diketahui berapa korban akibat letusan itu.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Merapi mengalami letusan pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2 – 5 tahun, dan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi adalah 71 tahun, jeda letusan 1587-1658.
Pusat Vulkanologi mencatat, letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan sebelumnya terjadi empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006 pukul 09.03.
Saat itu pemerintah mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru terpanggang awan panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat celcius.
Selasa petang, 26 Oktober, Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit. Kemudian berulang hingga erupsi terakhir pukul 18.21 yang menyebabkan awan panas selama 33 menit.
Awan panas ini telah meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng Merapi. Setidaknya 30 orang meninggal atas musibah ini, termasuk juru kunci Mbah Maridjan dan redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Nugroho.
Letusan pada 1930 setidaknya telah membunuh 1.370 orang di 13 desa di lereng Merapi. Tapi ini bukan letusan terbesar. Letusan terbesar justru terjadi pada 1006. Saat itu seluruh Jawa tertutup abu vulkanik. Sayangnya tidak diketahui berapa korban akibat letusan itu.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Merapi mengalami letusan pertama pada 1006. Rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek antara 2 – 5 tahun, dan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun.
Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama lebih dari 30 tahun, yaitu pada masa awal terbentuknya gunung aktif. Memasuki abad ke-16, siklus terpanjang Merapi adalah 71 tahun, jeda letusan 1587-1658.
Pusat Vulkanologi mencatat, letusan besar Merapi terjadi pada 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan sebelumnya terjadi empat tahun lalu, tepatnya pada 8 Juni 2006 pukul 09.03.
Saat itu pemerintah mengungsikan 17 ribu warga di lereng Merapi. Namun, dua orang yang berlindung dalam bunker di Kawasan Wisata Kaliadem, Kaliurang, justru terpanggang awan panas. Bunker tak bisa melindungi korban dari wedhus gembel yang suhunya masih 500-600 derajat celcius.
Selasa petang, 26 Oktober, Merapi kembali meletus. Erupsi pertama gunung Merapi terjadi sejak pukul 17.02 WIB, diikuti awan panas selama 9 menit. Kemudian berulang hingga erupsi terakhir pukul 18.21 yang menyebabkan awan panas selama 33 menit.
Awan panas ini telah meluluhlantakkan beberapa kampung di lereng Merapi. Setidaknya 30 orang meninggal atas musibah ini, termasuk juru kunci Mbah Maridjan dan redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Nugroho.
wafatnya embah maridjan :
Jenazah Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sujud di dalam kamarnya. Saat ditemukan, Mbah Maridjan mengenakan batik kuning dan bersujud di atas sajadahnya di dalam kamar.
Hari ini, Kamis 28 Oktober 2010, sekitar pukul 10.00 WIB Mbah Maridjan akan dikebumikan. Tepat di bawah kaki Gunung Merapi. "Dari RS Sardjito berangkat pukul 09.00 WIB," kata kerabat Mbah Maridjan, Agus Wiyarto, Kamis 27 Oktober 2010.
Mbah Maridjan merupakan orang asli kaki Merapi. Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 83 tahun lalu. Mbah Maridjan ditemukan tewas dalam posisi bersujud di tempat kelahirannya.
Mbah Maridjan menepati janjinya. "Menjaga Merapi sampai ajal menjemput," kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso kemarin di gedung DPR. Mbah Maridjan merupakan didaulat menjadi kuncen atau juru kunci 'penjaga' Gunung Merapi sejak 1982.
Jabatan juru kunci bukanlah hal yang baru bagi ayah dengan empat orang anak kelahiran 1927 itu. Pada 1970, atau saat Mbah Maridjan berusia 43 tahun, Keraton Yogyakarta sudah menunjukknya menjadi wakil juru kunci, mendampingi sang ayah. Saat sang ayah wafat, Mbah Maridjan ditunjuk Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk melanjutkan amanat sebagai juru kunci Merapi.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberikan tugas utama sebagai juru kunci. Tugasnya, setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari Mbah Maridjan untuk mengungsi.
Bersama Ponirah, istrinya, Mbah Maridjan memiliki empat orang anak. Mbah Anjungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang.
Kharisma dan 'kemampuan' Mbah Maridjan menurun kepada anak-anaknya. Salah satunya Mbah Anjungan, yang dipercaya menjadi penasihat Presiden Soekarno sejak 1968-1969. Bahkan pada pada 1974-1987 menjadi Wali Mangkunagara VIII.
Mbah Maridjan mendapat gelar Mas Penewu Suraksohargo atau Sang Penjaga atau Juru Kunci Gunung Merapi. Sejak dijaga Mbah Maridjan, Gunung Merapi sudah lima kali meletus dan 'batuk-batuk'. Yakni di tahun 1994, 1998, 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus, 2006 dan 26 Oktober 2010.
Tidak semua juru kunci setenar Mbah Maridjan. Peristiwa meletusnya Merapi pada 2006 membuat namanya meroket. Mbah Maridjan kukuh tidak turun gunung karena yakin letusan awan panas 'wedhus gembel' Merapi tidak akan menyambarnya. Dengan keberanian dan perkiraan yang tepat itu, Mbah Maridjan terkenal. Bahkan dia menjadi bintang iklan minumen berenergi.
Kini, entah wangsit apa yang didapat Mbah Maridjan hingga dirinya enggan mengungsi turun dari Merapi. Dia memilih beribadah di atas sajadah dan bersujud kepada Yang Maha Kuasa sampai ajal menjemput. Mbah Maridjan meninggal dunia bersama 29 orang lainnya termasuk redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.
Baca juga : Mitos wafatnya embah maridjanHari ini, Kamis 28 Oktober 2010, sekitar pukul 10.00 WIB Mbah Maridjan akan dikebumikan. Tepat di bawah kaki Gunung Merapi. "Dari RS Sardjito berangkat pukul 09.00 WIB," kata kerabat Mbah Maridjan, Agus Wiyarto, Kamis 27 Oktober 2010.
Mbah Maridjan merupakan orang asli kaki Merapi. Lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 83 tahun lalu. Mbah Maridjan ditemukan tewas dalam posisi bersujud di tempat kelahirannya.
Mbah Maridjan menepati janjinya. "Menjaga Merapi sampai ajal menjemput," kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso kemarin di gedung DPR. Mbah Maridjan merupakan didaulat menjadi kuncen atau juru kunci 'penjaga' Gunung Merapi sejak 1982.
Jabatan juru kunci bukanlah hal yang baru bagi ayah dengan empat orang anak kelahiran 1927 itu. Pada 1970, atau saat Mbah Maridjan berusia 43 tahun, Keraton Yogyakarta sudah menunjukknya menjadi wakil juru kunci, mendampingi sang ayah. Saat sang ayah wafat, Mbah Maridjan ditunjuk Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk melanjutkan amanat sebagai juru kunci Merapi.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberikan tugas utama sebagai juru kunci. Tugasnya, setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando dari Mbah Maridjan untuk mengungsi.
Bersama Ponirah, istrinya, Mbah Maridjan memiliki empat orang anak. Mbah Anjungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang.
Kharisma dan 'kemampuan' Mbah Maridjan menurun kepada anak-anaknya. Salah satunya Mbah Anjungan, yang dipercaya menjadi penasihat Presiden Soekarno sejak 1968-1969. Bahkan pada pada 1974-1987 menjadi Wali Mangkunagara VIII.
Mbah Maridjan mendapat gelar Mas Penewu Suraksohargo atau Sang Penjaga atau Juru Kunci Gunung Merapi. Sejak dijaga Mbah Maridjan, Gunung Merapi sudah lima kali meletus dan 'batuk-batuk'. Yakni di tahun 1994, 1998, 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus, 2006 dan 26 Oktober 2010.
Tidak semua juru kunci setenar Mbah Maridjan. Peristiwa meletusnya Merapi pada 2006 membuat namanya meroket. Mbah Maridjan kukuh tidak turun gunung karena yakin letusan awan panas 'wedhus gembel' Merapi tidak akan menyambarnya. Dengan keberanian dan perkiraan yang tepat itu, Mbah Maridjan terkenal. Bahkan dia menjadi bintang iklan minumen berenergi.
Kini, entah wangsit apa yang didapat Mbah Maridjan hingga dirinya enggan mengungsi turun dari Merapi. Dia memilih beribadah di atas sajadah dan bersujud kepada Yang Maha Kuasa sampai ajal menjemput. Mbah Maridjan meninggal dunia bersama 29 orang lainnya termasuk redaktur senior VIVAnews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho.
video embah maridjan meninggal dalam keadaan sudjud :
Post a Comment