0
Kemajuan teknologi saat ini harus diimbangi juga dengan SDM. Secanggih apapun Teknologi Informasi disekitar kita tetapi jika Manusianya acuh tak acuh akan kecanggihan tersebut itu akan menjadi sia-sia belaka. Begitu juga dengan dunia pendidikan, semua elemen mulai Dinas pendidikan, Guru, Siswa, dan instansi terkait harus benar-benar digembleng untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini, semua harus saling ada timbal balik. Percuma jika siswa sudah beralih ke media elektro sedangkan tidak dapat dukungan dari pihak sekolah maupun guru-guru.


Contoh Kasus :  



Dulu saya pernah menjadi angota ICT di SMK. Tim ICT mencoba membuat Digital Library (Perpustakaan Digital) Cukup dengan mengunjungi website lokal yang sudah kami (Tim ICT) buat untuk mencari bacaan-bacaan yang dibutuhkan, entah itu Novel, Tutorial, Dektat dan lain sebagainya yang semuanya berbasis Softfile. Tidak perlu pergi jauh-jauh untuk pergi keperpustakaan ataupun membawa buku-buku tebal yang sudah bukan jamannya lagi, tinggal duduk manis didepan laptop dan smartphone. Tapi sayang sungguh disayangkan semua itu tidak mendapat dukungan dari pihak sekolah, guru maupun siswa-siswanya. Sampai saat saya lulus dari SMK tersebut (saat ini) library online sudah tidak ada lagi.


Pernah juga ketika era Sekolah Berbasis Internasional (SBI). Kami mencoba mengadakan pelatihan kepada guru-guru guna untuk merubah sistem pembelajaran dari manual ke model persentasi agar Siswa-Siswi lebih tertarik dengan mata pelajaran tersebut. Sempat diterapkan selama 1 Tahun dan alkhamdulillah berhasih. Tapi semua tidak bertahan lama, kurikulum yang terus berganti-ganti sesuai mengikuti kebutuhan tak dibarengi juga dengan semangat para guru untuk konsisten dan melakukan inovasi pada pembelajaran berbasis elektronik dan membuat rangkuman materi-materi dengan model persentasi yang menarik dan menghibur.
Jadi feedback itu sangatlah penting
Era SmartPhone dan Connection sangatlah memudahkan kita untuk mencari dan menyimpan bacaan-bacaan dengan mudah tanpa harus "petentengan" membawa buku yang tebal,banyak dan berat. Cuman tinggal kita sajanya yang ada kemauan membaca atau tidak.


Kalau dulu ketika saya masih duduk dibangku sekolah diawal mata pelajaran mau dimulai guru-guru sering menteror murid-muridnya dengan kata-kata "Anak-anak kalian semua harus membeli buku dektat dengan penerbit ****" , dan dibenak kita pasti berpikiran "Buku tebal,berat dan mahal" WOW suatu hal yang menyebalkan dikala itu hehehe .... Itu dulu. Ya semoga saja tidak untuk saat ini ^_^ .

Andai saja kalau guru-guru sekarang mendaur ulang kata-kata tersebut menjadi " Ya anak-anak aktifkan bluetooth kalian, silahkan kalian pelajari file yang saya kasih ini buat pelajaran besok " (Sambil berangan-angan) hehehe ....
Guru dan siswa diharuskan bisa mengoprasiakan komputer
Mengajar sudah tidak lagi diharuskan bertatap muka. media sosial seperti twitter dan Facebook bisa saja digunakan sebagai media pembelajaran alternatif. Saat ini guru kayaknya harus diwajibkan memiliki account media sosial guna selain dapat memantau murid didiknya juga dapat saling mempererat hubungan antar murid dengan siswa sehingga murid menganggap guru sudah bukan sebagai seorang yang mengerikan tapi sebagai seorang yang menyenangkan. Katanya :
 Tak kenal maka tak sayang. Cintai pelajaran dan gurumu maka dirimu akan mudah menyerap ilmu.
Boro-boro mau mencintai pelajaran kalau gurunya saja tidak pintar dalam bersosialisasi, bukan begitu teman-teman ?
Jadi marilah bersama-sama saling menciptakan suasaana belajar yang nyaman,aman, dan kondusif (Ucapan yg sering terdengar dikala guru berpidato ^_^ )

Kalau ada yang lebih mudah kenapa harus dipersulit
Sekian coretan saya semoga dapat bermanfaat.


Post a Comment

 
Top